Pada hakikatnya, setiap langkah yang kita ayunkan dari kaki kita, setiap detak jantung yang berdetak terus-menerus tanpa henti, setiap denyut urat nadi kita dan setiap tarikan nafas yang kita hirup adalah penggiring kita menuju kepada kematian.
Bertambahnya usia, hakikatnya berkurangnya jatah umur kita di dunia ini. Semua kenikmatan dan kelezatan dunia, suatu saat pasti akan kita tinggalkan. Karena semua di antara kita pasti akan kembali kepada yang memiliki segala sesuatu yaitu Allah SWT.
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sering-seringlah kalian ingat akan sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan"(maksudnya ialah kematian) (HR.Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Menurut para ulama hadits di atas adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan sendirinya akan sadar tentang hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia. Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang, dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
Diriwayatkan dari at-Thabrani dan Ibnu Majah dari Umar bahwa ia berkata, “Ketika kami
Sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba muncul seorang sahabat Anshar. Setelah mengucap salam kepada beliau, ia bertanya, “Ya Rasulullah, siapakan orang mukmin yang terbaik itu?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” Ia bertanya, “Siapakan orang mukmin yang paling pintar?” Beliau menjawab, “Yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.”
Diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi (ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Dan orang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi mengharap-harap terhadap Allah.”
Dalam Menafsirkan firman Allah SWT dalam surat al-Mulk ayat 2,
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sering-seringlah kalian ingat akan sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan"(maksudnya ialah kematian) (HR.Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Menurut para ulama hadits di atas adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan sendirinya akan sadar tentang hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia. Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang, dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
Diriwayatkan dari at-Thabrani dan Ibnu Majah dari Umar bahwa ia berkata, “Ketika kami
Sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba muncul seorang sahabat Anshar. Setelah mengucap salam kepada beliau, ia bertanya, “Ya Rasulullah, siapakan orang mukmin yang terbaik itu?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” Ia bertanya, “Siapakan orang mukmin yang paling pintar?” Beliau menjawab, “Yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.”
Diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi (ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Dan orang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi mengharap-harap terhadap Allah.”
Dalam Menafsirkan firman Allah SWT dalam surat al-Mulk ayat 2,
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
Abdurrahman as-Suda mengatakan, “Yang dimaksudkan ialah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang memiliki persiapan paling baik untuk menghadapinya, dan paling takut padanya.”
Semoga kita termasuk hamba yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya bekal iman, amal shalih dan ketakwaan, untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal nan abadi. Wallahu’alam.
Abdurrahman as-Suda mengatakan, “Yang dimaksudkan ialah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang memiliki persiapan paling baik untuk menghadapinya, dan paling takut padanya.”
Semoga kita termasuk hamba yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya bekal iman, amal shalih dan ketakwaan, untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal nan abadi. Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar